Tugas
PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN
MASYARAKAT
“ Tahapan Dan Metode Pemberdayaan
Masyarakat “
OLEH
:
Fetty
Fitria : J1A1 14 016
Hinarti : J1A1 14 019
Ide
Rahmat : J1A1 14 020
Irfan
Marselinus : J1A1 14 021
Irmayanti
: J1A1 14 022
Jaliana : J1A1 14 023
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
20
15
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah
memberikan rahmat dan karunia-nya kepada kami selaku penulis sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Tahapan Dan Metode Pemberdayaan
Masyarakat“.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang Tahapan Dan Metode Pemberdayaan Masyarakat,
yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan
berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri kami penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah swt akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.
Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak terutama teman-teman yang telah ikut serta membantu kami dan orang tua kami tercinta yang
telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga makalah ini
berhasil diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa Universitas Haluoleo. kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami
di masa yang akan datang, dan saya juga mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca lainnya.
Kendari, 19 oktober 2015
KELOMPOK III
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA
PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan
Masalah..................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................2
E. Metode
Penulisan...................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemberdayaan
Masyarakat..................................................7
B.
Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat................................7
C.
Metode Pemberdayaan Masyarakat....................................................10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................19
B. Saran....................................................................................................20
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses
yang mengembangkan dan memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terliabat
dalam proses pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat
dapat menyelaisaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan
secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991;dan fatermant 1996). Pross
pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu masyarakat untuk mengembngkan
kemampuanya sendiri sehingga bebas dan mampu mengatasi masalah dan mengambil
keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan
memberikan kewenangan ,aksesibilitas terhadap sumberdaya dan lingkungan yang
akomodatif ( zimmerman 1996;18, Res ;1992: 42).
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam
pembangunan secara psrtisipatif kiranya sanagat sesuai dan dapat dilandasi
untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam masyarakat beserta
lingkaungan strategisnya. Sebagai konsep dasar pembanguanan pastisipatif adalah
melakukan upaya pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu
sendiri sehingga masyarakat itu mampu untuk berkembng dan mengatasi
permasalahnya secara mandiri,berkesinambungan dan berkelanjutan.
Dalam pemberdayaan masyarakat, seorang pemberdaya harus
menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat dan memperlakukan masyarakat
sesuai dengan moral, dan memandang warga sebagai subyek yang mempunyai hak
untuk mengatur kehidupan mereka serta mempunyai keinginan dan kemampuan untuk
berbuat demikaian. Pemberdaya wajib untuk memahami masyarakat dan mendampingi
secara mental dan inteletual dalam usaha perbaikan yang mereka dambakan. Denga
demikian dalam pemberdayaan masyarakat tidak lepas dari masalah evaluasi. Untuk
melaksanakan evaluasi apakah proyek/pembedayaan yang telah dilakukan selama
jangka waktu tertentu sudah mendatangkan perbaikan sesuai yang diharapkan warga
masyarakat, maka harus dilakukan suatu penelitian. Dua metode penelitian
evaluatif yang bersifat bottom-up adalah rapid rural appraisal(PRA), dan
participatory rural appraisial ( PRA).
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan
masyarakat ?
2.
Bagaimana tahapan dalam pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat ?
3.
Apakah metode dalam pemberdayaan masyarakat ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan
pemberdayaan masyarakat.
2.
Mengetahui tahapan pelaksaan pemberdayaan
masyarakat.
3.
Mengetahui metode-metode dalam pemberdayaan
masyarakat.
D. Manfaat
Memberikan
pemahaman yang lebih mendalam lagi mengenai pemberdayaan masyarakat,terutama
tahapan dan metode pemberdayaan masyarakat.
Dengan
adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca maupun penyusun dapat
mempermudahnya dalam melakukan pemberdayaan masyarakat apalagi yang memiliki
basic di kesehatan masyarakat agar dapat mengubah perilaku masyarakat yang
buruk menjadi ke yang lebih baik supaya kesehatan mereka tetap terjaga.
E. Metode
Penulisan
Metode yang kami
gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1. Metode
Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan
masalah yang sedang dibahas.
2.
Metode Media Informatika
Metode media
informatika adalah
metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
pemberdayaan masyarakat
Secara
etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”yang berarti kekuatan
atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka pemberdayaan dapat
dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh
daya/ kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan
dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Pengertian
“proses” menunjukan pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang
dilakukan secara kronologis sitematis yang mencerminkan pertahapan upaya
mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan. Proses
akan merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk
mengubah kondisi masyarakat yang lemah, baik knowledge, attitude, maupun
practice (KAP) menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap-perilaku sadar dan
kecakapan-keterampilan yang baik.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses
yang mengembangkan dan memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terlibat
dalam proses pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan
secara bebas dan mandiri (Oakley, 1991;dan fatermant 1996).
Prijono&Pranarka
(1996:77) menyatakan bahwa: pemberdayaan mengandung dua arti. Pengertian yang
pertama adalah to give power or authority (memberikan kekuasaan, mengalihkan
kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang/ belum berdaya),
pengertian kedua to give ability to or enable (kemampuan atau keberdayaan serta
memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu).sedangkan dalam
konteks Indonesia apa yang disebut dengan pemberdayaan merupakan suatu usaha
untuk memberikan daya, atau meningkatkan daya (Tri Winarni, 1998: 75-76).
B.
Tujuan
Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan
yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir,
bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Lebih lanjut
perlu ditelusuri apa yang sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang
mandiri.Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami
masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi dengan mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri atas
kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dengan pengerahan sumber daya yang
dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut, dengan demikian untuk
menuju mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh
dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif, dan sumber daya
lainnya yang bersifat fisik-material.
C.
Tahap-tahap
Pemberdayaan Masyarakat
Menurut
Sumodiningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat
mampu untuk mandiri, meski dari jauh di jaga agar tidak jatuh lagi
(Sumodiningrat 2000 dalam Ambar Teguh, 2004: 82). Dilihat dari pendapat
tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar hingga mencapai
status mandiri, meskipun demikian dalam rangka mencapai kemandirian tersebut
tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Sebagaimana disampaikan dimuka
bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung
secara bertahap.
Tahap-tahap
yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
1.
Tahap penyadaran dan tahap pembentukan
perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas
diri.
2.
Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3.
Tahap peningkatan kemampuan intelektual,
kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif
untuk mengantarkan pada kemandirian (Ambar Teguh, 2004: 83).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses
yang mengembangkan dan memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terliabat
dalam proses pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan
secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991;dan fatermant 1996).
Pendapat lain menyatakan bahwa Pemberdayan masyarakat adalah proses pemberian
informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan
masyarakat, serta proses membantu masyarakat,agar masyarakat tersebut berubah
dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowlage), dari tahu menjadi mau
( aspek attitude), dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek praktice)( Natoatmodjo 2003).
Sasaran utama pemberdayaan adalah
idividu,keluarga serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang
tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut
memahami bahwa sesuatu(misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi
masyarakatnya.sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari
bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia
menerima menerima informasi apapun lebih lanjut. Manakalah ia telah menyadari
masalah yang dihadapinya,maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih
lanjut tentang masalah yang bersangkutan. (Depkese RI,2006).
B. Tahapan
Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat
memiliki tahapan sebagai berikut :
a.
Tahap 1. Seleksi lokasi
Seleksi lokasi dilakukan
untuk menentukan tempat atau wilayah pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang
diinginkan. Pemilihan lokasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati
oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan Masyarakat. Misalnya :
1) Kesediaan
masyarakat menerima kegiatan non-fisik.
2) Tidak
terlalu banyak kegiatan keproyekan lain
3) Adanya masyarakat yang
terpinggirkan
4) Dukungan
dari aparat desa serta tokoh-tokoh masyarakat
5) Lokasi
terjangkau,sesuai kemampuan dan sarana.
Penetapan kriteria ini
penting agar tujuan lembaga dalam Pemberdayaan Masyarakat akan tercapai serta
pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin. Bisa saja suatu desa terlalu
luas untuk menerapkan Pemberdayaan Masyarakat secara menyeluruh sehingga
Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan misalnya dalam salah satu dusun.
b.
Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat
Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
dilakukan untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat untuk
meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses
sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan
terlibat di dalam program.
Tahapan dan metode dalam
proses sosialisasi meliputi: Pertemuan formal dengan Aparat Desa dan
tokoh-tokoh masyarakat, Menyepakati wilayah kerja (dusun), Pertemuan formal
dengan masyarakat, Pertemuan informal dengan masyarakat: kunjungan rumah,
diskusi kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (sosial, agama,
lapangan)
Hal – hal yang perlu
disosialisasikan misalnya: Penjelasan tujuan, manfaat, sasaran Pemberdayaan Masyarakat,
Prinsip-prinsip Pemberayaan Masyarakat
(termasuk prinsip non-fisik), Penjelasan kelompok sasaran (pria, wanita, pemuda
dan lain-lain), Umpan balik masyarakat terhadap semua aspek di atas. Materi
dan media yang dapat dimanfaatkan dalam sosialisasi diantaranya: Brosur,
Film(video), Poster ,Buku dll.
c.
Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat
1.
Kajian
keadaan pedesaan partisipatif
Kajian
Keadaan Pedesaan Partisipatif dimaksudkan agar masyarakat mampu dan percaya
diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun
permasalahannya. Selain itu tahap ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai
aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat serta sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Gambaran ini akan memberikan dasar untuk
penyusunan rencana kegiatan pengembangan.
2. Pengembangan Kelompok
Pengembangan
kelompok dilakukan dengan memfokuskan kegiatan pada masyarakat yang benar-benar
tertarik dan berminat untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keterlibatan perempuan serta yang terabaikan lain. Kegiatan
bersama ini dapat berbentuk suatu kelompok yang lengkap dengan kepengurusan dan
aturan. Pembentukan berdasarkan kemauan masyarakat
dan bisa terjadi pada saat pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif
maupun sesudahnya. Berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat untuk memandirikan
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pendampingan kelompok
adalah mempersiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri
kegiatannya.
3. Penyusunan Rencana Dan
Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan
rencana kelompok dimaksudkan agar kelompok dan anggotanya mampu mengembangkan
dan melaksanakan rencana kegiatan yang konkrit dan realistis. Dasar penyusunan
adalah potensi dan masalah-masalah yang sudah teridenitfikasi dalam Kajian
Keadaan Pedesaan Partisipatif dan tujuan kelompok yang sudah ditentukan. Dalam
penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, bukan
hanya pengurus, tetapi seluruh anggota kelompok berperan serta.
4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatif (M&EP)
Monitoring dan Evaluasi
Partisipatif bukanlah suatu kegiatan khusus, tetapi dilaksanakan secara
mendalam pada semua tahap. agar proses Pemberdayaan Masyarakat berjalan dengan
baik dan tujuannya akan tercapai. M&EP dilaksanakan oleh semua pihak yang
terlibat dalam PM di mana intinya adalah peran masyarakat sebagai pelaku utama.
M&EP adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan PM,
baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun
proses perbaikan kalau diperlukan.
d.
Tahap 4. Pemandirian Masyarakat
Proses Pemberdayaan Masyarakat merupakan
suatu proses pembelajaran terus-menerus bagi masyarakat dengan tujuan
kemandirian masyarakat dalam upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya. Yang perlu
diperhatikan adalah masyarakat dari awal proses sadar bahwa hal ini akan
terjadi.
C.
Metode Pemberdayaan
Masyarakat
Metode
pemberdayaan masyarakat di bagi dua yaitu meliputi Metode
PRA (Participatory Rural Appraisal), dan metode RRA (Rapid Rural Appraisal)
1. Metode PRA ( participatory rural
appraisal.)
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk
mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari,dengan dan oleh masyarakat
dese. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan
yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, maningkatkan dan menganalisis
pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan
bertindak (Chambers 1995).
Tujuan
kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program yang gayut
dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan pendidikannya adalah
untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan mereka
sendiri dan melakukan perencanaan melalui kegiatan aksi. Dapat disebutkan bahwa
PRA adalah sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan
untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai
hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan
tindakan (Chambers, 1995).
Beberapa
teknik penerapan PRA antara lain : (a) Penelusuran Alur Sejarah, (b) Penelusuran
Kebutuhan Pembangunan, (c) Analisa Mata Pencaharian, (d) Penyusunan Rencana
Kegiatan, (e) Focus Group Discussion, (f) Pemetaan, dll.
Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA ialah :
a.
Saling
belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah
dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PRA dibangun dari pengakuan
serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuan tradisional dan
kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode
pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat. Kenyataan
membuktikan bahwa dalam perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional
masyarakat tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu
pengetahuan modern yang diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan
masalah. Oleh karenanya diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk
melahirkan sesuatu program yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik
tunggal yang telah selesai, sempurna,dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini
selalu harus dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kesalahan
yang dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses pengembangan
PRA. Bukannya kesempurnaan penerapan yang ingin dicapai, namun penerapan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan mempelajari kekurangan yang
terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA bukan kegiatan coba-coba
(trial and error ) yang tanpa perhitungan kritis untuk meninimalkan kesalahan.
b.
Keterlibatan
semua anggota kelompok, menghargai
perbedaan, dan informal
Masyarakat bukan kumpulan orang yang
homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang mempunyai masalah dan
kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua golongan
masyarakatadalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan justru yang
paling sedikit memiliki akses dalam kehidupan sosial komunitasnya (miskin,
perempuan,anak-anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan pribadi dan
golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat untuk saling menghargai
perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang terpenting adalah
pengorganisasian masalah dan penyusunan prioritas masalah yang akan diputuskan
sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam
suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi santai
tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan
berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut
secara protokoler. Dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong
kegiatan PRA berjalan dengan baik.
c.
Orang
luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku
Konsekuensi dari prinsip pertama,
peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru,
penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari
masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan dalam
penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Secara ideal sebaiknya
penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama, dan
seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.
d.
Konsep
triangulasi
Untuk bisa mendapatkan informasi
yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang
merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman
keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan
masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
1) Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu
bersama masyarakat bisa diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling
tepat sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang
dibutuhkan dalam pengembangan program.
2) Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan
kebenaran data dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan
sumbernya dengan menggunakan teknik lain.
e.
Optimalisasi
hasil, orientasi praktis, dan keberlanjutan program
Pelaksanaan PRA memerlukan waktu,
tenaga narasumber, pelaksana yang trampil, partisipasi masyarakat yang semuanya
terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan yang
menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya kuantitas dan
akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala
besar namun biaya yang tersedia tidak cukup. Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program.
Dengan demikian dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar
perkiraan yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi
salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan
yang hampir benar. Masalah dan
kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat
itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian
selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program yang
mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari
potensi masyarakat.
Struktur
Program
Karena tujuan penerapan metode
PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus
pengembangan program. Gambaran
umum siklus tersebut secara ringkas adalah sbb.:
1) menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara
umum.
2) Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atasdasar
masalah dan potensi setempat.
3) Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna
membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
4) Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan
masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
5) Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara
konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6) Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya
di tingkat yang lebih besar.
7) Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangan masyarakat.
8) Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan
rencana yang telah disusun.
9) Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang
diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya masalah lanjutan, dll.
Keunggulan
dan kelemahan dari metode PRA
a.
Keunggulan PRA
adalah sebagai berikut :
1. Melibatkan seluruh kelompok masyarakat.
2. Keikutsertaan masyarakat miskin.
3. Rasa tanggung jawab masyarakat akan keberlangsungan
program lebih besar.
4. Melibatkan gender pada program.
5. Cocok diterapkan dimana saja.
b. Kelemahan PRA adalah sebagai berikut:
1.
Tidak semua
fasilitator program memiliki kemampuan yang baik dalam memfasilitasi
masyarakat.
2.
Pendekatan PRA
identik dengan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, dan musyawarah-musyawarah yang
sifatnya umum.
3.
Sebagian fasilitator
belum terampil dalam memfasilitasi pengolahan dan analisis informasi.
2. Metode RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA (Rapid
Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat,
yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar”
dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering
dikatakan sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar/kotor” tetapi RRA dinilai masih lebih baik
dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.
Metode RRA digunakan untuk pengumpulan
informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan tentang
pembangunan perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini banyak program
pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua informasi
di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang gagal atau
tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun program-program tersebut
sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena masyarakat tidak
diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.
Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses
belajar yang intensif untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan
berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti
tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan sejumlah metode, cara,
dan pemilihan teknik yang khusus, untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman
terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja tersebut tersebut dipusatkan pada
pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan pengetahuan
ilmiah.
Komunikasi dan kerjasama diantara
masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana pembangunan (development agent) adalah sangat
penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping
itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan
di perdesaan untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan
mengusulkan penyelesaian masalah yang memungkinkan.
Menurut Beebe James (1995), metode RRA
menyajikan pengamatan yang dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih
pengamat atau peneliti, biasanya dengan latar belakang akademis yang berbeda.
Metode ini bertujuan untuk menghasilkan pengamatan kualitatif bagi keperluan
pembuat keputusan untuk menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
Metode RRA memiliki tiga konsep dasar
yaitu; (a) perspektif sistem, (b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c)
pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang (iterative).
Prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu:
a.
Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan
dibanding sekadar jumah dan ketepatan serta relevansi informasi yang dibutuhkan.
b.
Hindari bias, melalui:
introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-ulang, tanyakan kepada
kelompok termiskin.
c.
Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk bertanya dalam beragam perspektif.
d.
Belajar dari dan bersama masyarakat.
e.
Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada bekuan yang telah disiapkan.
Sebagai suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan
beberapa teknik yang terdiri dari:
1.
Review/telaahan
data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapang secara ringkas.
2.
Oservasi/pengamatan
lapang secara langsung.
3.
Wawancara dengan
informan kunci dan lokakarya.
4.
Pemetaan dan
pembuatan diagram/grafik.
5.
Studi kasus,
sejarah lokal, dan biografi.
6.
Kecenderungan-kecenderungan.
7.
Pembuatan
kuesioner sederhana yang singkat.
8.
Pembuatan
laporan lapang secara cepat.
Keunggulan dan kelemahan metode RRA
a. Keunggulan dalam metode RRA adalah sebagai
berikut :
1.
Waktu cepat,
biaya murah dan hasil tidak biasa.
2.
Dapat melayani
policy makers yang ingin memutuskan suatu hal dengan segera dan mereka
memerlukan informasi terakhir sebelum keputusan tersebut diambil.
3.
Mampu memonitor
dan mengevaluasi proyek atau program pembangunan.
4.
Mampu melakukan
identifikasi dan mendiagnosa masalah atau isu baik dibidang penelitian maupun
perencanaan.
5.
Dapat membantu
dalam pemecahan cara penyebaran tekhnologi (terutama karena kendala sosial dan
ekonomi) dan bagaimana mengakomodasi keinginan masyarakat sebagai pengguna
tekhnologi.
6.
Mampu memahami
suatu permasalahan atau isu dengan perspektif lintas disiplin.
7.
Data membantu
dalam menginterprestasikan data kuantitatif yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Jumlah data yang banyak dan sulit dihubungkan satu dengan lainnya, dapat
dipecahkan dengan metode RRA.
b. Kelemahan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :
1.
Metode sampling
diabaikan.
2.
Reliabilitas dan
validitas informasi dikumpulkan secara cepat. Yang lebih menonjol adalah expert
judgement peneliti.
3.
Tidak mampu
mengungkapkan data kuantitatif.
4.
Banyak pengambil
kebijakan lebih tertarik dengan data konkret, misalnya suatu tekhnologi telah
diadopsi masyarakat sebesar 70%, daripada informasi tentang adopsi tekhnologi
meningkat.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemberdayan masyarakat
adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat,agar
masyarakat tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowlage), dari tahu menjadi mau ( aspek attitude), dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek praktice)( Natoatmodjo 2003).
Dalam pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat memiliki 4 tahapan yaitu sebagai berikut :
a. Tahap 1. Seleksi lokasi
b. Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat
c. Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat
d.
Tahap
4. Pemandirian Masyarakat.
Dalam
pemberdayaan masyarakat terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu sebagai
berikut :
1. Metode PRA (
participatory rural appraisal.)
PRA adalah suatu metode
pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari,dengan dan
oleh masyarakat dese. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok
metode pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi,
maningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan
desa, membuat rencana dan bertindak (Chambers 1995).
2. Metode RRA (Rapid
Rural Appraisal)
RRA (Rapid
Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat,
yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar”
dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering
dikatakan sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar” tetapi RRA dinilai masih lebih baik dibanding
teknik-teknik kuantitatif klasik.
Kedua metode tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi. Namun dalam perkembangannya, metode PRA
banyak digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara
partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.
B.
Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan
pemberdayaan masyarakat harus dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang benar
agar pada saat melaksanakanya lebih mudah dan keberhasilanya dapat terjamin.
Selain itu pemilihan metode yang tepat juga dapat mempengaruhi keberhasilan
pemberdayaan masyarakat,maka dari itu pilihlah metode yang tepat dengan
mempertimabangkan keadaan masyarakatnya.
Kami sebagai penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari dosen mata kuliah maupun teman-teman pembaca
lainnya agar pada pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,. R. 20012. Pengenalan Metode Pemberdayaan
Masyarakat.
Puspropkes Depkes RI.
2006. Pemberdayaan Kesehatan Desa. Pusat Promosi Kesehatan: Jakarta.
Ronaldo,. Abeth.
2012. Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat.
Saputro,. Thomas. 2014.
Metode Pemberdayaan Masyarakat (PRA Dan RRA).