Senin, 14 Desember 2015

myblogjhafet.blogspot.com/2015/12/makalah Tahapan Dan Metode Pemberdayaan Masyarakat.html



Tugas
PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
“ Tahapan Dan Metode Pemberdayaan Masyarakat “
Logo UHO
OLEH :
Fetty Fitria                     : J1A1 14 016
Hinarti                           : J1A1 14 019
Ide Rahmat                    : J1A1 14 020
Irfan Marselinus            : J1A1 14 021
Irmayanti                       : J1A1 14 022
Jaliana                           : J1A1 14 023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
20 15
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada kami selaku penulis sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Tahapan Dan Metode Pemberdayaan Masyarakat“.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Tahapan Dan Metode Pemberdayaan Masyarakat, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah swt akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tak lupa juga kami  mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak terutama teman-teman yang telah ikut serta membantu kami dan  orang tua kami tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga makalah ini berhasil diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Haluoleo. kami menyadari  bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  kami di  masa  yang  akan  datang, dan saya juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca lainnya.

Kendari, 19 oktober 2015

KELOMPOK III


DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB  I    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................................1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................2
C.     Tujuan....................................................................................................2
D.    Manfaat..................................................................................................2
E.     Metode Penulisan...................................................................................2
BAB  II    TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
BAB  III    PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pemberdayaan Masyarakat..................................................7
B.     Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat................................7
C.     Metode Pemberdayaan Masyarakat....................................................10
BAB  IV    PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................19
B.     Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii





BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terliabat dalam proses pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelaisaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991;dan fatermant 1996). Pross pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu masyarakat untuk mengembngkan kemampuanya sendiri sehingga bebas dan mampu mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan ,aksesibilitas terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif ( zimmerman 1996;18, Res ;1992: 42).
            Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam pembangunan secara psrtisipatif kiranya sanagat sesuai dan dapat dilandasi untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam masyarakat beserta lingkaungan strategisnya. Sebagai konsep dasar pembanguanan pastisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat itu mampu untuk berkembng dan mengatasi permasalahnya secara mandiri,berkesinambungan dan berkelanjutan.
            Dalam pemberdayaan masyarakat, seorang pemberdaya harus menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat dan memperlakukan masyarakat sesuai dengan moral, dan memandang warga sebagai subyek yang mempunyai hak untuk mengatur kehidupan mereka serta mempunyai keinginan dan kemampuan untuk berbuat demikaian. Pemberdaya wajib untuk memahami masyarakat dan mendampingi secara mental dan inteletual dalam usaha perbaikan yang mereka dambakan. Denga demikian dalam pemberdayaan masyarakat tidak lepas dari masalah evaluasi. Untuk melaksanakan evaluasi apakah proyek/pembedayaan yang telah dilakukan selama jangka waktu tertentu sudah mendatangkan perbaikan sesuai yang diharapkan warga masyarakat, maka harus dilakukan suatu penelitian. Dua metode penelitian evaluatif yang bersifat bottom-up adalah rapid rural appraisal(PRA), dan participatory rural appraisial ( PRA).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat ?
2.      Bagaimana tahapan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat ?
3.      Apakah metode dalam pemberdayaan masyarakat ?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat.
2.      Mengetahui tahapan pelaksaan pemberdayaan masyarakat.
3.      Mengetahui metode-metode dalam pemberdayaan masyarakat.

D.    Manfaat
Memberikan pemahaman yang lebih mendalam lagi mengenai pemberdayaan masyarakat,terutama tahapan dan metode pemberdayaan masyarakat.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca maupun penyusun dapat mempermudahnya dalam melakukan pemberdayaan masyarakat apalagi yang memiliki basic di kesehatan masyarakat agar dapat mengubah perilaku masyarakat yang buruk menjadi ke yang lebih baik supaya kesehatan mereka tetap terjaga.

E.     Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1.      Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.

2.      Metode Media Informatika
Metode media informatika adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.




BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian pemberdayaan masyarakat
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Pengertian “proses” menunjukan pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sitematis yang mencerminkan pertahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan. Proses akan merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang lemah, baik knowledge, attitude, maupun practice (KAP) menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap-perilaku sadar dan kecakapan-keterampilan yang baik.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri (Oakley, 1991;dan fatermant 1996).
Prijono&Pranarka (1996:77) menyatakan bahwa: pemberdayaan mengandung dua arti. Pengertian yang pertama adalah to give power or authority (memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang/ belum berdaya), pengertian kedua to give ability to or enable (kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu).sedangkan dalam konteks Indonesia apa yang disebut dengan pemberdayaan merupakan suatu usaha untuk memberikan daya, atau meningkatkan daya (Tri Winarni, 1998: 75-76).
B.     Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang mandiri.Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut, dengan demikian untuk menuju mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-material.
C.    Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Sumodiningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, meski dari jauh di jaga agar tidak jatuh lagi (Sumodiningrat 2000 dalam Ambar Teguh, 2004: 82). Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar hingga mencapai status mandiri, meskipun demikian dalam rangka mencapai kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap.

Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
1.      Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.
2.      Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3.      Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian (Ambar Teguh, 2004: 83).






BAB  III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terliabat dalam proses pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991;dan fatermant 1996). Pendapat lain menyatakan bahwa Pemberdayan masyarakat adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat,agar masyarakat tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowlage), dari tahu menjadi mau ( aspek attitude), dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek praktice)( Natoatmodjo 2003).
Sasaran utama pemberdayaan adalah idividu,keluarga serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu(misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya.sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima menerima informasi apapun lebih lanjut. Manakalah ia telah menyadari masalah yang dihadapinya,maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan. (Depkese RI,2006).
B.     Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat memiliki tahapan sebagai berikut :
a.       Tahap 1. Seleksi lokasi 
Seleksi lokasi dilakukan untuk menentukan tempat atau wilayah pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang diinginkan. Pemilihan lokasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan Masyarakat. Misalnya :
1)      Kesediaan masyarakat menerima kegiatan non-fisik.
2)      Tidak terlalu banyak kegiatan keproyekan lain
3)      Adanya masyarakat yang terpinggirkan
4)      Dukungan dari aparat desa serta tokoh-tokoh masyarakat
5)      Lokasi terjangkau,sesuai kemampuan dan sarana.
Penetapan kriteria ini penting agar tujuan lembaga dalam Pemberdayaan Masyarakat akan tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin.  Bisa saja suatu desa terlalu luas untuk menerapkan Pemberdayaan Masyarakat secara menyeluruh sehingga Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan misalnya dalam salah satu dusun.
b.      Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat 
Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat dilakukan untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibat di dalam program.
Tahapan dan metode dalam proses sosialisasi meliputi: Pertemuan formal dengan Aparat Desa dan tokoh-tokoh masyarakat, Menyepakati wilayah kerja (dusun), Pertemuan formal dengan masyarakat, Pertemuan informal dengan masyarakat: kunjungan rumah, diskusi kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (sosial, agama, lapangan)
Hal – hal yang perlu disosialisasikan misalnya: Penjelasan tujuan, manfaat, sasaran Pemberdayaan Masyarakat, Prinsip-prinsip Pemberayaan Masyarakat (termasuk prinsip non-fisik), Penjelasan kelompok sasaran (pria, wanita, pemuda dan lain-lain), Umpan balik masyarakat terhadap semua aspek di atas. Materi dan media yang dapat dimanfaatkan dalam sosialisasi diantaranya: Brosur, Film(video), Poster ,Buku dll.
c.       Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat
1.      Kajian keadaan pedesaan partisipatif
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dimaksudkan agar masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Selain itu tahap ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat serta sumber daya alam dan sumber daya manusia. Gambaran ini akan memberikan dasar untuk penyusunan rencana kegiatan pengembangan.
2.      Pengembangan Kelompok
Pengembangan kelompok dilakukan dengan memfokuskan kegiatan pada masyarakat yang benar-benar tertarik dan berminat untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam hal ini perlu diperhatikan keterlibatan perempuan serta yang terabaikan lain. Kegiatan bersama ini dapat berbentuk suatu kelompok yang lengkap dengan kepengurusan dan aturan. Pembentukan berdasarkan kemauan masyarakat dan bisa terjadi pada saat pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif maupun sesudahnya. Berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat untuk memandirikan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pendampingan kelompok adalah mempersiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.
3.      Penyusunan Rencana Dan Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana kelompok dimaksudkan agar kelompok dan anggotanya mampu mengembangkan dan melaksanakan rencana kegiatan yang konkrit dan realistis. Dasar penyusunan adalah potensi dan masalah-masalah yang sudah teridenitfikasi dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dan tujuan kelompok yang sudah ditentukan. Dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, bukan hanya pengurus, tetapi seluruh anggota kelompok berperan serta.
4.      Monitoring dan Evaluasi Partisipatif (M&EP)
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif bukanlah suatu kegiatan khusus, tetapi dilaksanakan secara mendalam pada semua tahap. agar proses Pemberdayaan Masyarakat berjalan dengan baik dan tujuannya akan tercapai. M&EP dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam PM di mana intinya adalah peran masyarakat sebagai pelaku utama. M&EP adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan PM, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan.
d.      Tahap 4. Pemandirian Masyarakat
Proses Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran terus-menerus bagi masyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakat dalam upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya. Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat dari awal proses sadar bahwa hal ini akan terjadi.

C.    Metode Pemberdayaan Masyarakat
Metode pemberdayaan masyarakat di bagi dua yaitu meliputi Metode PRA (Participatory Rural Appraisal), dan metode           RRA (Rapid Rural Appraisal)
1.      Metode PRA ( participatory rural appraisal.)
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari,dengan dan oleh masyarakat dese. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, maningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak (Chambers 1995).
Tujuan kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program yang gayut dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan pendidikannya adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan mereka sendiri dan melakukan perencanaan melalui kegiatan aksi. Dapat disebutkan bahwa PRA adalah sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan (Chambers, 1995).
Beberapa teknik penerapan PRA antara lain : (a) Penelusuran Alur Sejarah, (b) Penelusuran Kebutuhan Pembangunan, (c) Analisa Mata Pencaharian, (d) Penyusunan Rencana Kegiatan, (e) Focus Group Discussion, (f) Pemetaan, dll.
Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA ialah :
a.       Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
            Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PRA dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuan tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri.  Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat. Kenyataan membuktikan bahwa dalam perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu pengetahuan modern yang diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan masalah. Oleh karenanya diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu program yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang telah selesai, sempurna,dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini selalu harus dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kesalahan yang dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses pengembangan PRA. Bukannya kesempurnaan penerapan yang ingin dicapai, namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan mempelajari kekurangan yang terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA bukan kegiatan coba-coba (trial and error ) yang tanpa perhitungan kritis untuk meninimalkan kesalahan.
b.      Keterlibatan semua anggota kelompok,  menghargai perbedaan, dan informal
            Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua golongan masyarakatadalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan justru yang paling sedikit memiliki akses dalam kehidupan sosial komunitasnya (miskin, perempuan,anak-anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat untuk saling menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang terpenting adalah pengorganisasian masalah dan penyusunan prioritas masalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi santai tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut secara protokoler. Dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan dengan baik.
c.       Orang luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku
            Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Secara ideal sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.
d.      Konsep triangulasi
            Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
1)      Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan program.
2)      Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran data dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan menggunakan teknik lain.
e.       Optimalisasi hasil, orientasi praktis, dan keberlanjutan program
            Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang trampil, partisipasi masyarakat yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup. Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar. Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.

Struktur Program
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sbb.:
1)      menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
2)      Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atasdasar masalah dan potensi setempat.
3)      Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
4)      Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
5)      Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6)      Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
7)      Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
8)      Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun.
9)      Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya masalah lanjutan, dll.
Keunggulan dan kelemahan dari metode PRA
a.       Keunggulan PRA adalah sebagai berikut :
1.      Melibatkan seluruh kelompok masyarakat.
2.      Keikutsertaan masyarakat miskin.
3.      Rasa tanggung jawab masyarakat akan keberlangsungan program lebih besar.
4.      Melibatkan gender pada program.
5.      Cocok diterapkan dimana saja.
b.      Kelemahan PRA adalah sebagai berikut:
1.      Tidak semua fasilitator program memiliki kemampuan yang baik dalam memfasilitasi masyarakat.
2.      Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, dan musyawarah-musyawarah yang sifatnya umum.
3.      Sebagian fasilitator belum terampil dalam memfasilitasi pengolahan dan analisis informasi.

2.   Metode RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat, yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar/kotor” tetapi RRA dinilai masih lebih baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.
Metode RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun program-program tersebut sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena masyarakat tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.
Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan pengetahuan ilmiah.
Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana pembangunan (development agent) adalah sangat penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah yang memungkinkan.
Menurut Beebe James (1995), metode RRA menyajikan pengamatan yang dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti, biasanya dengan latar belakang akademis yang berbeda. Metode ini bertujuan untuk menghasilkan pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
Metode RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem, (b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang (iterative).


Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu:
a.       Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan informasi yang   dapat dipercaya yang dapat digunakan dibanding sekadar jumah dan ketepatan serta relevansi informasi yang dibutuhkan.
b.      Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-ulang, tanyakan kepada kelompok termiskin.
c.       Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk bertanya dalam beragam perspektif.
d.      Belajar dari dan bersama masyarakat.
e.       Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada bekuan yang telah disiapkan.
Sebagai suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:
1.      Review/telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapang secara ringkas.
2.      Oservasi/pengamatan lapang secara langsung.
3.      Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.
4.      Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
5.      Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi.
6.      Kecenderungan-kecenderungan.
7.      Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.
8.      Pembuatan laporan lapang secara cepat.
Keunggulan dan kelemahan metode RRA
a.       Keunggulan  dalam metode RRA adalah sebagai berikut :
1.      Waktu cepat, biaya murah dan hasil tidak biasa.
2.      Dapat melayani policy makers yang ingin memutuskan suatu hal dengan segera dan mereka memerlukan informasi terakhir sebelum keputusan tersebut diambil.
3.      Mampu memonitor dan mengevaluasi proyek atau program pembangunan.
4.      Mampu melakukan identifikasi dan mendiagnosa masalah atau isu baik dibidang penelitian maupun perencanaan.
5.      Dapat membantu dalam pemecahan cara penyebaran tekhnologi (terutama karena kendala sosial dan ekonomi) dan bagaimana mengakomodasi keinginan masyarakat sebagai pengguna tekhnologi.
6.      Mampu memahami suatu permasalahan atau isu dengan perspektif lintas disiplin.
7.      Data membantu dalam menginterprestasikan data kuantitatif yang telah dikumpulkan sebelumnya. Jumlah data yang banyak dan sulit dihubungkan satu dengan lainnya, dapat dipecahkan dengan metode RRA.
b.      Kelemahan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :
1.      Metode sampling diabaikan.
2.      Reliabilitas dan validitas informasi dikumpulkan secara cepat. Yang lebih menonjol adalah expert judgement peneliti.
3.      Tidak mampu mengungkapkan data kuantitatif.
4.      Banyak pengambil kebijakan lebih tertarik dengan data konkret, misalnya suatu tekhnologi telah diadopsi masyarakat sebesar 70%, daripada informasi tentang adopsi tekhnologi meningkat.



BAB   IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Pemberdayan masyarakat adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat,agar masyarakat tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowlage), dari tahu menjadi mau ( aspek attitude), dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek praktice)( Natoatmodjo 2003).
            Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat memiliki 4 tahapan yaitu sebagai berikut :
a.       Tahap 1. Seleksi lokasi 
b.      Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat 
c.       Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat
d.      Tahap 4. Pemandirian Masyarakat.
Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu sebagai berikut :
1.      Metode PRA ( participatory rural appraisal.)
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari,dengan dan oleh masyarakat dese. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, maningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak (Chambers 1995).
2.      Metode RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat, yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar” tetapi RRA dinilai masih lebih baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.
Kedua metode tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi.  Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.

B.     Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat harus dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang benar agar pada saat melaksanakanya lebih mudah dan keberhasilanya dapat terjamin. Selain itu pemilihan metode yang tepat juga dapat mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan masyarakat,maka dari itu pilihlah metode yang tepat dengan mempertimabangkan keadaan masyarakatnya.
Kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen mata kuliah maupun teman-teman pembaca lainnya agar pada pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin,.  R. 20012. Pengenalan Metode Pemberdayaan Masyarakat.
Puspropkes Depkes RI. 2006. Pemberdayaan Kesehatan Desa. Pusat Promosi Kesehatan: Jakarta.
Ronaldo,. Abeth. 2012.  Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat.
Saputro,. Thomas. 2014. Metode Pemberdayaan Masyarakat (PRA Dan RRA).